MuralMedan.com, Philadelphia, Tempat Mural dan Graffiti Dapatkan Udara Bebas – Philadelphia, sebuah kota besar yang berada di Negara Bagian Pennsylvania, Amerika Serikat, yang memiliki ikatan kuat dengan seni lukis mural. Terdapat ribuan mural warna-warni yang menghiasi pemandangan kota. Tidak lagi terbayangkan keseruan yang dirasakan saat berkunjung ke kota ini.
Lalu bagaimana bisa mural-mural yang ada di Philadelphia, begitu terjaga dengan sangat baik dan tidak mengenal vandalisme?
Seperti yang pernah diungkapkan oleh Jane Goden, pendiri dan direktur Mural Arts Philadelphia.
“Telah lebih dari 3.600 mural kita hasilkan. Siapapun dapat melihat mural-mural ini, bahkan dapat merusaknya. Namun, orang-orang tidak melakukan itu,” ungap Golden. “Sejauh ini pun hanya sekitar 5 persen dari mural-mural itu yang telah dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.”
Salah satu alasan kuat mural Philadelphia begitu terjaga adalah karena adanya ikatan antara seniman mural dan graffiti juga warga setempat.
Pada 1984 silam, sebuah gejolak sempat terjadi pada kota ini. Jaringan Anti-Graffiti yang dibentuk oleh Walikota saat itu, Wilson Goode, benar-benar membuat kericuhan dan keresahan. Graffiti dipandang sebagai masalah besar dan penjualan cat semprot kepada anak di bawah umur dilarang.
Memang, pada saat itu budaya graffiti telah mengakar kuat ditengah-tengah warga kota Philadelphia. Namun sangat tidak terkendali. Banyak sekali karya graffiti yang terlalu liar, tanpa aturan, dan tentu saja terlihat berantakan karena graffiti yang saling tumpang tindih.
Dan di tahun ini pula Jane Golden berinisiaif membentuk wadah yang menampung seniman-seniman jalan dan memberikan pengajaran bagaimana menggunakan kuas dan memperkenalkan cara menghasilkan mural.
Namun, pergolakan yang meruncing menjadi graffiti vs mural ini terus berlanjut. Di tahun 1985, seorang warga yang merupakan seniman graffiti Philadelphia, Rocco Albano, merusak lukisan mural yang ada di Spring Garden Street. Dan keesokan harinya, Albano berkeliling dan mendapati Golden yang sedang mengerjakan mural lain di tempat yang berbeda. Albano lantas marah dan mengancam akan melaporkan Golden ke polisi.
Dan akhirnya pertentangan antara seniman graffiti dengan seniman mural ini berakhir damai. Dengan kedua pihak sepakat mural tidak akan menyentuh graffiti dan graffiti tidak akan mencoret-coret mural yang telah dilukis.
Setelah pertentangan yang cukup panjang berlangsung bertahun-tahun, bahkan kampanye anti-graffiti sempat dipolitisasi, akhirnya semua warga kota sepakat dalam pandangan dengan para seniman mural maupun graffiti. Bahwa karya mural dan graffiti adalah seni.
Begitu pun sebaliknya. Seniman mural dan graffiti juga menghormati warga setempat dengan menanamkan peringatan dalam kepala mereka: “melukis di dinding orang lain, adalah pelanggaran. Tetapi jika diizinkan, itu adalah seni.”
Dari Philadelphia, kita dapat melihat bagaimana penghormatan dan penghargaan terhadap seni jalanan, baik mural maupun graffiti dapat terjadi. Semua dapat dilakukan dengan terlebih dahulu membuang jauh-jauh stigma-stigma negatif yang dibiarkan tumbuh subur di dalam kepala dan meracuni pikiran.
Pikiran-pikiran yang menganggap bahwa seni jalanan adalah perusak dan pengganggu ketentraman. Begitu pun sebaliknya, seniman-seniman yang merasa seni tidak lagi dihargai, kehilangan naluri ketenangannya dengan melakukan aksi vandalisme. Kedua hal ini, benar-benar harus dihindari.
Dari sekarang, mari berpikir bahwa kita membutuhkan sesuatu yang membuat manusia terlihat hidup, katakan saja itu adalah seni. Dan biarkan seni terus hidup, hingga kata “seni” tidak lagi terdengar disaat “ingin”, tetapi akan terdengar dalam keadaan “butuh”. Semoga Bermanfaat.
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Leave a Reply