MuralMedan.com, Daftar Seniman yang Berpengaruh dalam Perkembangan Street Art – Menjadikan tembok dan jalanan sebagai kanvas membuat coret-coretan hingga gambar yang mengandung pesan sosial didalamnya kerap dilakukan. Kini, aksi-aksi itu dapat dikumpulkan dengan sebutan street art atau seni jalanan.
Di setiap sudut kota dari hampir kota di seluruh dunia tidak lepas dari karya para street art, baik berupa graffiti maupun mural yang menggunakan berbagai medium untuk melukis.
Menurut Street Art: From Around The World (2012), street art bukan hanya graffiti dan walaupun penanda tektstual tetap penting dalam genre ini, hal tersebut harus dijauhkan dari tag atau penanda.
Ekspresi publik adalah apa yang dilakukan oleh para street artist, seperti yang dikutip dari jurnal berjudul The Contested Gallery: Street Art, Ethnography and the Search for Urban Understandings (2005), “ekspresi dan pesan menjadi pertentangan pada keseragaman kota dan segala hal yang mewujudkannya.”
Dari street artist yang terus bertambah dan meramaikan perkotaan, ada di antara mereka yang mendefinisikan street art itu sendiri karena berbagai alasan. Gambar yang dapat menimbulkan kebingungan atau paranoia, mural-mural indah, hingga karya yang memiliki pesan sosial dan politik. Berikut adalah para seniman jalanan tersebut:
Memiliki julukan yang unik ‘Cornbeard’, yang berarti kue jagung, seniman ynag terkenal sebagai penulis graffiti pertama ini memiliki nama asli, yaitu Darrly McCray. Salah satu karya pertamanya adalah sebuah literatur berjudul The History of American Graffiti (2010).
Seniman yang berasal dari Philadelphia Utara, Amerika Serikat satu ini, telah aktif melakukan tagging sejak tahun 1960-an di berbagai tempat seperti tembok, mobil polisi, pesawat tur kelompok musik Jackson 5, hingga seeko gajah yang masih hidup.
Kesederhanaan tulisannya menjadikannya dikenal luas dalam waktu yang singkat. Tulisannya rata-rata hanya berkisar pada dama panggilannya ‘Cornbeard’ lalu diikuti dengan kata-kata lain. Satu contoh seperti “Cornbeard Loves Cynthia” yang dibuatnya demi merebut hati seorang gadis disekolahnya.
Seniman yang kini telah berusia 65 tahun ini, sempat diberitakan telah ditembak mati yang dimuat oleh beberapa koran lokal. Sontak saja ia yang memang masih hidup langsung mersepon berita tersebut dengan membuat graffiti bertuliskan “The real Cornbeard is not dead yet” diberbagai tempat dan juga “Cornbeard lives” di badan seekor gajah.
Dan kini, Cornbeard menghabiskan masa tuanya dengan memilih untuk aktif menjadi seorang advokat pemuda di Philadelphia Mural Arts Program.
Lahir pada tanggal 22 Desember 1960 di New York, Jean-Michel Basquiat terlahir dari keluarga multikultural dengan ayah Hati dan ibu Puerto Rico. Hal ini menjadikan keuntungan bagi Basquiat yang dapat menguasai bahasa Inggris, Spanyol dan Perancis sekaligus.
Basquiat sendiri mendefinisikan street art dengan tranformasi medium tanpa menghilangkan akar semangat jalananan pada setiap karyanya.
Dalam perjalanannya sebagai street artist, ia memulai karir layaknya semua seniman jalanan dengan menggunakan pilok. Bersama sahabatnya, Al Diaz, ia pertama kali melakukan tagging pada tahun 1977 hingga 1980 di kota New York dengan menggunakan kata SAMO yang berarti “Same Old Shit” dari tembok hingga galeri seni.
Dikutip dari “Jean-Michel Basquiat: A Biography (2010)”, Basquiat ingin membangun nama di jalanan tetapi tidak menganggap SAMO sebagai sebuah seni dan mengakhhirinya di tahun 1979 dengan tag “SAMO IS DEAD”.
Walaupun demikian, pada akhirnya SAMO pun menjadi alat untuk menyerang “bogusness” atau kepalsuan masyarakat sekaligus penarik perhatian untuk Basquiat.
Berbeda dengan Basquiat, Keith Haring tidak berasal dari jalanan. Namun dari jalan ia mendapatkan inspirasi dan di jalanan pula pria yang lahir tanggal 4 Mei 1958 ini akhirnya ditempa menjadi salah satu street artist definitif.
Dilansir dari Theartstory.org, Keith bersekolah seni di Ivy School of Professional Art di Pittsburgh, Amerika Serikat pada tahun 1976 namun keluar setelah dua semester. Dua tahun kemudian ia membuat pameran sendiri di Pittsburgh Arts and Crafts Center dan di tahun yang sama pindah ke New York. Ia sempat mendaftar di The School of Visual Arts dan bertemu dengan Basquait, Kenny Scharf, dan street artist lainnya.
Akhirnya inspirasi datang dalam bentuk jalanan New York yang penuh dengan street art dan Keith pun mulai menggambar—menjadi bagian dari skena kota yang tidak pernah tidur ini.
Ia memilih kapur, bukan pilok seperti street artist pada umumnya di tahun 1980an, sedangkan tembok-tembok hitam untuk menaruh iklan yang ada di stasiun kereta bawah tanah menjadi wadah coretan Keith. Dari tahun 1980 hingga 1985 ribuan gambar atau simbol yang bertemakan kehidupan, cinta, seks, serta kematian berhasil menarik perhatian orang-orang yang lalu-lalang.
1982 menjadi tahun dimana karya jalanan Keith berhasil menempatkan diri di pameran prestise dan bahkan dapat dilihat sebagai fine art. Bersama Tony Shafrazi ia membuat pameran tunggal yang terletak di Soho, New York. Karirnya pun melejit, membuat karya jalanan di berbagai negara Eropa, Amerika Selatan, hingga Australia.
Selain kekal karena ciri khas, Keith melakukan aktivisme yang disuarakan melalui karyanya. Dari pembahasan isu homoseksual melalui Untitled (1982) yang menggambarkan dua pria dengan hati besar menyala hingga Free South Africa (1985) yang mengkriisi apartheid atau diskriminasi kulit putih terhadap kulit hitam di Afrika Selatan.
Street artist terus bermunculan dari tahun ke tahun, bersaing satu sama lain untuk dikenal. Saat milenium mendekat, Shepard Fairey mendobrak seni jalanan melalui gerilya karya yang akhirnya masuk kedalam pikiran massa—tanpa rem dan terus memberikan karya yang mendunia.
Semua diawali saat pemain skateboard ini memproduksi stiker bergambar pegulat dengan tulisan “Andre the Giant has a Posse” yang kurang lebih memiliki arti Andre si Raksasa memiliki kelompok pendukung. Pria yang berkuliah di Rhode Island ini memberikan stiker hitam-putih tersebut ke orang banyak dan ditempel dimana-mana sejak 1989.
Shepard melanjutkan penempelan stiker hitam-putih sang pegulat hingga dikenal oleh masyarakat luas, kemudian ia memodifikasi tulisan di ciptaannya dengan kata “OBEY” atau patuhi dalam bahasa Indonesia. Simbol beserta penyebarannya pun bagaikan kampanye dengan karya pria kelahiran 15 Februari 1970 ini seakan menjadi propaganda.
Dilansir dari Highlark.com, kampanye Shepard adalah ekperimen dalam fenomenologi atau proses membiarkan sesuatu memanifestasi dengan sendirinya. “Membuat orang-orang melihat sesuatu yang dapat jelas dilihat dengan mata tapi tidak jelas maknanya; semua yang tidak dihargai karena seringkali terjadi dibungkam oleh observasi abstrak,” ungkapnya.
Singkat kata Shepard melakukan eksperimen sosial. Ada saja yang tidak peduli dengan stiker OBEY buatannya namun ada juga yang merasa paranoid atas ketidakjelasan bahkan menganggapnya sebagai simbol sebuah sekte. OBEY pun menjadi sebuah brand pakaian yang dekat dengan street art, namun Shepard tidak hanya membuat one hit wonder dari satu simbol.
Dari OBEY hingga Obama, pada tahun 2008 Shepard memproduksi poster beserta stiker calon presiden Barack Obama sebanyak 800,000 dan menyebarkannya sebagai bentuk dukungannya. Media The New Yorker mengatakan poster tersebut sebagai ilustrasi politik paling mujarab di Amerika Serikat semenjak Uncle Sam Wants You (1917).
Menurut Streetartbio.com, karya Shephard menggabungkan elemen graffiti, seni pop, seni bisnis, dan teori Marxis. Salah satu street artist paling berpengaruh, karyanya digunakan di layar cetak, stensil, stiket, masking ilustrasi film, wheatpaste, kolase, patung, poster, lukisan, dan mural.
Layaknya pahlawan atau penjahat bertopeng, Banksy menyembunyikan identitasnya. Sebuah enigma yang diduga berasal dari Bristol, Inggris, street artist ini datang dan menguasai jalanan melalui karya-karya kontroversial yang membuat semua orang berpikir, kagum, atau setidaknya menoleh.
Stensil tikus, dua polisi pria ciuman, demonstran yang melempar bunga, korban peperangan di Vietnam yang digandeng oleh Mickey Mouse dan Ronald McDonald, Mona Lisa dengan peluncur roket, hingga tulisan-tulisan anti-otoriter seperti “ONE NATION UNDER CCTV” dengan arti “satu bangsa dibawah CCTV” adalah beberapa karyanya yang tersebar di kota-kota dunia.
Tidak ada yang tahu siapa sebenarnya Banksy karena yang ia tinggalkan hanyalah sebuah pesan dari berbagai sudut kota. Dari pinggir jalan hingga galeri yang menjual dengan harga tinggi, ciptaannya seakan tidak ada habisnya dan terus bertambah.
Menurut Bbc.com, karir awal Banksy terlacak sejak tahun 1992 di Bristol saat ia tergabung dalam kelompok graffiti bernama DryBreadZ crew. Terinspirasi oleh Blek le Rat yang melakukan stensil tikus di Perancis, Banksy akhirnya menggunakan teknik stensil karena lebih cepat mengeksekusinya di jalanan dan ia sendiri mengaku buruk dalam memilok.
Pada akhir 1990an Banksy telah melakukan stensil dengan pesan-pesan cerdik serta subversif, menyerang ketidakadilan sosial dan kemunafikan. Tikus, simpanse, dan polisi adalah gambar-gambar yang digunakan untuk menyampaikan pesan jalanannya. Saat pindah ke London, karya Banksy semakin sporadis. Merilis seri buku bersama agennya yang bernama Steve Lazarides namanya pun semakin dikenal di dunia street art, lengkap dengan perhatian aparat serta media.
Banksy tidak melulu mencoret tembok. Dilansir dari Banksy: The Man Behind the Wall (2012), pada tahun 2003 sang street artist masuk kedalam galeri seni Tate Britain dan menaruh sebuah lukisan yang menggambarkan pemandangan rumah dan alam dengan tali tempat kejadian perkara milik polisi. Diam-diam dan ilegal, sebuah video dirinya menaruh lukisan tersebut beredar. Tidak ada kata berhenti dalam kamus Banksy, sekitar 17 bulan hingga 2005 ia mengunjungi galeri lain di London, Paris, serta New York dan menaruh karya-karyanya.
Di tahun 2003 ia juga mengadakan pameran bernama Turf War yang menghadirkan lukisan dengan babi-babi sebagai kanvas berjalan. Pada tahun 2005 ia melepas 200 tikus hidup di pameran dengan nama Crude Oils, melakukan stensil pada tembok West Bank untuk mengkritisi Israel, melepaskan gajah yang diwarnai dalam pameran Barely Legal (2006), menyindir Inggris saat Olimpiade London 2012, membangun taman bermain yang memparodikan Disneyland dengan nama Dismaland di tahun 2015, dan kelakar lainnya yang terus bertambah.
Pada akhirnya street artist tanpa identitas ini berhasil menjadi salah satu sosok penting yang mendefinisikan street art karena membawa vandalisme, kecerdikan, kekacauan, dan semangat jalanan lainnya yang dibalut dengan makna berupa pesan sosial dan politik. Selalu menarik perhatian dan berbekas kepada semua yang melihat, dari foto di internet saja sudah cukup luar biasa apalagi kita melihatnya langsung di kota yang pernah disinggahinya.
Demikian beberapa seniman yang memiliki pengaruh penting dalam perkembangan street art. Semoga Bermanfaat.
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
1 Comment
[…] Baca juga: Daftar Seniman yang Berpengaruh dalam Perkembangan Street Art […]